Selasa, 23 Desember 2014

Iia Makalah Ggal ginjal

Iia Makalah KMB gagal ginjal
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium di dalam darah atau produksi urin.
Penyakit gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang menderita penyakit serius atau terluka dimana hal itu berdampak langsung pada ginjal itu sendiri. Penyakit gagal ginjal lebih sering dialami mereka yang berusia dewasa, terlebih pada kaum lanjut usia.
Gagal ginjal dibagi menjadi dua bagian besar yakni gagal ginjal akut (acute renal failure = ARF) dan gagal ginjal kronik (chronic renal failure = CRF). Pada gagal ginjal akut terjadi penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba dalam waktu beberapa hari atau beberapa minggu dan ditandai dengan hasil pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin darah) dan kadar urea nitrogen dalam darah yang meningkat. Sedangkan pada gagal ginjal kronis, penurunan fungsi ginjal terjadi secara perlahan-lahan. Sehingga biasanya diketahui setelah jatuh dalam kondisi parah.  Gagal ginjal kronik tidak dapat disembuhkan. Pada penderita gagal ginjal kronik, kemungkinan terjadinya kematian sebesar 85 %.

B.      Tujuan
1.      Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah KMB II untuk mengeksplorasi secara lebih dalam tentang asuhan keperawatan pasien dengan gangguan system perkemihan akibat penurunan fungsi .


2.      Tujuan Khusus
a.       Memahami pengertian gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronis.
b.      Mengetahui etiologi dari gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronis.
c.       Mengetahui bagaimana patofisiologi dari gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronis.
d.      Mengetahui tanda dan gejala pada gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronis.
e.       Mengetahui komplikasi dari gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronis.
f.       Mengetahui bagaimana pemeriksaan dan penatalaksanaan medis dalam menangani kasus gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronis.
g.      Memahami asuhan keperawatan dengan diagnosa medis gagal ginjal kronis.

















BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.      KONSEP DASAR MEDIS
GAGAL GINJAL AKUT
1.      Pengertian
Gagal ginjal akut (Acute Renal Failure, ARF) merupakan suatu syndrome klinis yang ditandai dengan fungsi ginjal yang menurun secara cepat (biasanya dalam beberapa hari) yang menyebabkan azotemia yang berkembang cepat. Laju filtrasi glomerulus yang menurun dengan cepat menyebabkan kadar kreatinin serum meningkat sebanyak 0,5 mg/dl/hari dan kadar nitrogen urea darah sebanyak 10 mg/dl/hari dalam beberapa hari.
Description: http://gagalginjalakut.com/wp-content/uploads/2012/09/ginjal-2.jpg
2.      Etiologi
a.          Fase Prarenal (Penurunan Perfusi Ginjal) :
1)      Depresi Volume Cairan Ekstrasel (ECF)
·         Perdarahan : Operasi besar ; Trauma pasca partus
·         Diuresis berlebihan
·         Kehilangan cairan dari gastrointestinal yang berat ; muntah diare
·         Kehilangan cairan dari ruang ketiga : luka bakar; peritonitis, pankreatitis


2)      Penurunan Volume Sirkulasi Arteri Yang Efektif
·         Penurunan curah jantung : infark miokardium; disritmia, gagal jantung kongestif dan emboli paru.
·         Vasodilatasi perifer anafilaksis : sepsis; obat anestesi, antihipertensi.
·         Hipoalbuminemia : sindrom nefrotik, gagal hati (sirosis)
3)      Perubahan Hemodinamik Ginjal Primer
·         Penghambat sintesis prostaglandin : aspirin dan obat NSAID lain.
·   Vasodilatasi arteriol efferent : penghambat enzim angiontensin misalnya kaptopril.
·         Obat vasokontriktor, misal : obat alfa adrenergic (misal norepinefrin).
·         Sindrom hepatorenal
4)      Obtruksi Vaskuler Ginjal Bilateral
·         Stenosis arteri ginjal, emboli.
·         Trombosis vena renalis bilateral
b.      Fase Pascarenal (Obstruksi Saluran Kemih)
·         Obstruksi Uretra : katup uretra
·         Obstruksi Aliran Keluar Kandung Kemih : Hipertrofi Prostat, karsinoma.
c.        Fase Intrarenal
1)      Nekrosis tubular akut
·         Pasca iskemik. Syok, bedah jantung terbuka, bedah aorta
·         Nefrotoksin eksogen misalnya antibiotik : aminoglikosida, amfoterisin.
·         Nefrotoksin endogen : pigmen intratubular : hemoglobin; mioglobin
2)      Penyakit vaskular atau glomerulus ginjal primer
·         Glomerulonefritis progresif cepat atau pascastreptococcus akut.
·         Hipertensi maligna.
·         Serangan akut pada gagal kronis yang terkait-pembatasan garam atau air
·         Nefritis tubulus intertisial akut
·         Alergi : beta-laktam (penisilin, sefalosporin), sulfonamit.
·         Infeksi (misalnya pielonefritis akut).

3.      Manifestasi klinis
·         Perubahan haluaran urine
·         Peningkatan BUN dan kadar keratinin
·         Hiperkalemia
·         Asidosis Metabolik
·         Abnormalitas Ca++  dan PO4-
·         Anemia
·         Oliguria

4.      Patofisiologis
Nekrosis tubular akut (ATN) biasanya digunakan baik untuk cedera ginjal iskemik maupun nefrotoksik, sekalipun tidak mencerminkan sifat serta keparahan perubahan yang terjadi di tubulus. Dua jenis lesi tubulus yang sering ditemukan pada ATN adalah : nekrosis epitel tubulus yang meninggalkan membran basalis utuh, biasanya akibat menelan bahan kimia nefrotoksik, dan nekrosis epitel tubulus dan membrane basalis yang sering disertai dengan iskemia ginjal.
Gagal ginjal akut nefrotoksik melalui penyuntikan merkuri klorid, uranil nitrat, atau komat, sedangkan kerusakan iskemik ditimbulkan dengan menyuntikan gliserol atau menjepit arteri renalis.
Beberapa teori telah diajukan untuk menjelaskan penurunan aliran darah ginjal dan GFR baik pada percobaan dengan manusia maupun hewan yaitu :
·         Obstruksi tubulus,
·         Kebocoran cairan tubulus,
·         Penurunan permeabilitas glomerulus,
·         Disfungsi vasomotor,
·         Umpan balik tubulus glomerulus.
ATN mengakibatkan deskuamasi sel tubulus nekrotik dan bahan protein lainnya, yang kemudian membentuk silinder-silinder dan menyumbat lumen tubulus. Pembengkakan selular akibat iskemia awal, juga ikut menyokong terjadinya obstruksi dan memperberat iskemia. Tekanan intra tubulus meningkat, sehingga tekanan filtrasi glomerulus menurun. Obstruksi tubulus dapat merupakan faktor penting pada ARF yang disebabkan oleh logam berat, etilen glikol, atau iskemia yang berkepanjangan.
Meskipun sindrom ATN menyatakan adanya abnormalitas tubulus-tubulus ginjal, bukti-bukti terakhir menyatakan bahwa dalam keadaan-keadaan tertentu sel-sel endotel kapiler glomerulus dan/atau sel-sel membrane basalis mengalami perubahan yang mengakibatkan menurunnya permeabilitas luas permukaan filtrasi. Hal ini mengakibatkan penurunan ultrafiltrasi glomerulus.
Aliran darah ginjal total (RBF) dapat berkurang sampai 30% dari normal pada ARF oliguria. Meskipun demikian terdapat perubahan yang bermakna pada distribusi aliran darah intrarenal dari korteks ke medulla selama hipotensi akut dan memanjang. Pada ARF, perbandingan antara distribusi korteks dan medulla ginjal menjadi terbalik sehingga terjadi iskemia relatif pada korteks ginjal. Kontriksi arterial afferent merupakan dasar vaskular dari penurunan nyata GFR. Iskemia ginjal akan mengaktivasi system rennin-angiotensin dan memperberat iskemia korteks setelah hilangnya rangsangan awal.
5.      Pemeriksaan Penunjang
a.       Urine : Volume, Warna, Sedimen, Berat jenis, Kreatinin, Protein
b.      Darah : BUN/kreatinin, Hitung darah lengkap, Sel darah merah, Natrium serum, Kalium, Magnesium fosfat, Protein, Osmolaritas serum.
c.       KUB Foto : Menunjukkan ukuran ginjal/ureter/kandung kemih dan adanya obstruksi.
d.      Pielografi retrograd : Menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter.
e.       Arteriogram ginjal : Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstraskular, massa.
f.       Sistouretrogram berkemih : Menunjukkan ukuran kandung kemih,refluks ureter,retensi.
g.      Ultrasono ginjal : Menunjukkan ukuran kandung kemih, dan adanya massa, kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas.
h.      EKG : Mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa, aritmia, hipertrofi ventrikel dan tanda-tanda perikarditis.

6.      Penatalaksaan
a.       Dialisis
Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis dan kejang. Perikarditis memperbaiki abnormalitas biokimia ; menyebabkan caiarn, protein dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas ; menghilangkan kecendurungan perdarahan dan membantu penyembuhan luka.
b.      Penanganan hiperkalemia
Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan masalah utama pada gagal ginjal akut ; hiperkalemia merupakan kondisi yang paling mengancam jiwa pada gangguan ini. Oleh karena itu pasien dipantau akan adanya hiperkalemia melalui serangkaian pemeriksaan kadar elektrolit serum ( nilai kalium > 5.5 mEq/L ; SI : 5.5 mmol/L), perubahan EKG (tinggi puncak gelombang T rendah atau sangat tinggi), dan perubahan status klinis. Pningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan pemberian ion pengganti resin (Natrium polistriren sulfonat [kayexalatel]), secara oral atau melalui retensi enema.
c.       Mempertahankan keseimbangan cairan
Penatalaksanaan keseimbanagan cairan didasarkan pada berat badan harian, pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan yang hilang, tekanan darah dan status klinis pasien. Masukkan dan haluaran oral dan parentral dari urine, drainase lambung, feses, drainase luka dan perspirasi dihitung dan digunakan sebagai dasar untuk terapi penggantia cairan.

7.      Pencegahan
a.       Obstruksi dan infeksi saluran kemih dan penyakit hipertensi sangat lumrah dan sering kali tidak menimbulkan gejala yang membawa kerusakan dan kegagalan ginjal. Penurunan kejadian yang sangat mencolok adalah berkat peningkatan perhatian terhadap peningkatan kesehatan. Pemeriksaan tahunan termasuk tekanan darah dan pemeriksaan urinalisis.
b.      Pemeriksaan kesehatan umum dapat menurunkan jumlah individu yang menjadi insufisiensi sampai menjadi kegagalan ginjal. Perawatan ditujukan kepada pengobatan masalah medis dengan sempurna dan mengawasi status kesehatan orang pada waktu mengalami stress (infeksi, kehamilan).

8.      Komplikasi
·         Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
·         Dialisis ginjal.
·         Sepsis / septisemia.
·         Perdarahan gastrointestinal atas.

GAGAL GINJAL KRONIS
1.      Description: http://gagalginjalakut.com/wp-content/uploads/2012/03/gagal-ginjal-akut.jpgDefinisi





Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, hal ini terjadi bila laju filtrasi glomerular kurang dari 50 mL/min. (Suyono, et al, 2001) Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia. (Smeltzer & Bare, 2001)

2.      Etiologi
Penyebab gagal ginjal kronik cukup banyak tetapi untuk keperluan klinis dapat dibagi dalam 2 kelompok :
a.       Penyakit parenkim ginjal
Penyakit ginjal primer : Glomerulonefritis, Mielonefritis, Ginjal polikistik, TBC ginjal. Penyakit ginjal sekunder : Nefritis lupus, Nefropati, Amilordosis ginjal, Poliarteritis nodasa, Sclerosis sistemik progresif, Gout, DM


b.      Penyakit ginjal obstruktif
Pembesaran prostat, Batu saluran kemih, Refluks ureter, secara garis besar penyebab gagal ginjal dapat dikategorikan Infeksi yang berulang dan nefron yang memburuk Obstruksi saluran kemih Destruksi pembuluh darah akibat diabetes dan hipertensi yang lama dan trauma langsung pada ginjal.

3.      Manifestasi Klinis
·         Haluaran urine sedikit, Mengandung darah,
·         Peningkatan BUN dan kreatinin,
·         Anemia,
·         Hiperkalemia
·         Asidosis metabolic
·         Udema
·         Anoreksia, nause, vomitus
·         Turgor kulit jelek,gatal-gatal pada kulit.

4.      Patofisiologi
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein tertimbun dalam darah, terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Gangguan klirens renal banyak muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah glomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens, penurunan laju filtrasi glomerulus (akibat tidak berfungsinya glommeruli). Klirens kreatinin akan menurun.
Retensi cairan dan natrium ginjal juga tidak mampu mengencerkan urine secara normal; respons ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari-hari sudah tidak terjadi. Pasien sering menahan natrium dan cairan, meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif dan hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi renin-angiontensin dan kerja sama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. Episode muntah dan diare menyebabkan penipisan air dan natrium, yang semakin memperburuk uremik.

5.      Pemeriksaan Penunjang
a.       Pemeriksaan laboratorium  
Menentukan derajat kegawatan CKD, menentukan gangguan sistem dan membantu menetapkan etiologi.
b.      Pemeriksaan USG
Untuk mencari apakah ada batuan, atau massa tumor, juga untuk mengetahui beberapa pembesaran ginjal.
c.       Pemeriksaan EKG
Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia dan gangguan elektrolit.

6.      Penatalaksanaan
a.       Diet
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) dikelompokkan menurut stadium, yaitu stadium I, II, III, dan IV. Pada stasium IV dimana terjadi penurunan fungsi ginjal yang berat tetapi belum menjalani terapi pengganti dialysis biasa disebut kondisi pre dialisis. Umumnya pasien diberikan terapi konservatif yang meliputi terapi diet dan medikamentosa dengan tujuan mempertahankan sisa fungsi ginjal yang secara perlahan akan masuk ke stadium V atau fase gagal ginjal. Status gizi kurang masih banyak dialami pasien PGK. Penelitian keadaan gizi pasien PGK dengan Tes Kliren Kreatinin (TKK) ≤ 25 ml/mt yng diberikan terapi konservatif di Poliklinik Ginjal Hipertensi RSCM, dijumpai 50 % dari 14 pasien dengan status gizi kurang.

b.      Mempertahankan keseimbangan cairan
Penatalaksanaan keseimbanagan cairan didasarkan pada berat badan harian, pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan yang hilang, tekanan darah dan status klinis pasien. Masukkan dan haluaran oral dan parentral dari urine, drainase lambung, feses, drainase luka dan perspirasi dihitung dan digunakan sebagai dasar untuk terapi penggantia cairan.

7.      Pencegahan
Upaya pencegahan terhadap penyakit gagal ginjal kronik dilakukan pada stadium dini penyakit gagal ginjal kronik. Upaya pencegahan yang telah terbukti bermanfaat dalam mencegah penyakit gagal ginjal dan kardiovaskular yaitu pengobatan hipertensi (semakin rendah tekanan darah semakin semakin kecil resiko penurunan fungsi ginjal ) pengendalian gula darah, lemak darah, anemia penghentian merokok, peningkatan aktivitas fisik dan pengendalian berat badan (Roesly).

8.      Komplikasi
·         Hipertensi
·         Hiperkalemia
·         Perikarditis, efusi pericardial dan tamponade jantung
·         Anemia

B.      ASUHAN KEPERAWATAN PADA GAGAL GINJAL KRONIS
1.      Pengkajian
a.       Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan sebelumnya
Berapa lama klien sakit, bagaimana penanganannya, mendapat terapi apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
b.      Aktifitas / istirahat :
·         Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise
·         Gangguan tidur (insomnia / gelisah atau somnolen)
·         Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak
c.       Sirkulasi
·         Adanya riwayat hipertensi lama atau berat, palpatasi, nyeri dada (angina) Hipertensi, DUJ, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki, telapak , tangan.
·         Nadi lemah, hipotensi ortostatikmenunjukkan hipovolemia, yang jarang pada penyakit tahap akhir.
·         Pucat, kulit coklat kehijauan, kuning.
·         Kecenderungan perdarahan
d.      Integritas Ego :
·         Faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.
·         Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.
e.       Eliminasi :
·         Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (pada gagal ginjal tahap lanjut) Abdomen kembung, diare, atau konstipasi
·         Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, coklat, oliguria.
f.       Makanan / cairan :
·         Peningkatan berat badan cepat (oedema), penurunan berat badan (malnutrisi).
·         Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut (pernapasan amonia) Penggunaan diurotik Distensi abdomen/asites, pembesaran hati (tahap akhir) Perubahan turgor kulit/kelembaban Ulserasi gusi, pendarahan gusi/lidah.

g.      Neurosensori
·         Sakit kepala, penglihatan kabur
·         Kram otot / kejang, syndrome “kaki gelisah”, rasa terbakar pada telapak kaki, kesemutan dan kelemahan, khususnya ekstremiras bawah.
·         Gangguan status mental, contah penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor.
·         Kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang.
·         Rambut tipis, kuku rapuh dan tipis
h.      Nyeri / kenyamanan
·         Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/ nyeri kaki
·         Perilaku berhati-hati / distraksi, gelisah
i.        Pernapasan
·         Napas pendek, dispnea, batuk dengan / tanpa sputum kental dan banyak
·         Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman.
·         Batuk dengan sputum encer (edema paru)
j.        Keamanan
·         Kulit gatal
·         Ada / berulangnya infeksi
·         Pruritis
·         Demam (sepsis, dehidrasi), normotermia dapat secara aktual terjadi peningkatan pada pasien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal
·         Ptekie, area ekimosis pada kulit
·         Fraktur tulang, keterbatasan gerak sendi
k.      Seksualitas
·         Penurunan libido, amenorea, infertilitas

l.        Interaksi sosial
Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.
m.    Penyuluhan / Pembelajaran
·         Riwayat DM (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit polikistik, nefritis heredeter, kalkulus urenaria, maliganansi.
·         Riwayat terpejan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan.
·         Penggunaan antibiotic nefrotoksik saat ini / berulang.


ANALISA DATA
No.
Data
Etiologi
Masalah Keperawatan
1.
DS :
-        Pasien meyaatakan kesulutan bernafas
-        Pasien menyatakan kembung didaerah abdomen

DO :
-        Edema
-        Tekanan darah tinggi
-        Perubahan turgor kulit
-        Distensi abdomen/asites
Glomerulopi, obstruksi dan infeksi, kista gunjal
Kehilangan fungsi ginjal
Disfungsi glomelurus
GFR menurun
Sekresi rennin
Angiotensin I mnjadi Angiotensin II
Korteks adrenal
Sekresi aldosteron
Retensi air dan natrium
Peningkatan ECF
Peningkatan tekanan hidrostatik
Edema
Kelebihan Volume cairan

DS :
-        Mual
-        Tidak ada nafsu makan
-        Pasien menyatakan nyeri ulu hati
Penurunan GFR

Sekresi urine menurun
Peningkatan kadar BUN, Kreatinin, ureum dan ammonia
 

Azotemia

Ransangan nervus vagus
 

Hipotalamus
 

Mual, muntah
 

Anoreksia
 

Nutrisi inadekuat
Peubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

DS :
-        Klien menyatakan lemah, tidak ada gairah

DO:
-        Klien nampak lemah
-        Ketidak mampuan melakukan sesuatu
-        Penurunan tonus oto
-        Penurunan lemak subkutan
Kehilangan fungsi ginjal
 

Produksi eritropoetin berkurang
Stimulasi eritrosit sum-sum tulang berkurang
 

Anemia
 

Suplai oksigen dan nutrisi ke sel jaringan berkurang
 

Peningkatan pembentukan ATP
Elemahan otot dan tungkai
Intoleransi aktivitas

2.      Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan ditegakkan atas dasar data dari pasien. Kemungkinan diagnosa keperawatan dari orang dengan kegagalan ginjal kronis adalah sebagai berikut :
a.       Kelebihan volume cairan  berhubungan dengan penurunan haluaran urine, diet berlebih dan retensi cairan serta natrium.
b.      Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane mukosa mulut.
c.       Intoleran aktivitas  berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi, produk sampah.

3.      Rencana Intervensi
a.      Diagnosa I
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine, diet berlebihan dan retensi cairan serta natrium.

Tujuan : mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan.

Kriteria hasil :
·         Menunjukkan pemasukan dan pengeluaran mendekati seimbang
·         Turgor kulit baik
·         Membran mukosa lembab
·         Berat badan dan tanda vital stabil
·         Elektrolit dalam batas normal

Intervensi
·         Kaji status cairan :
-        Timbang berat badan harian
-        Keseimbangan masukan dan haluaran
-        Turgor kulit dan adanya oedema
-        Distensi vena leher

-        Tekanan darah, denyut dan irama nadi
Pengkajian merupakan dasar dan data dasar berkelanjutan untuk memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi. (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1452)
·         Batasi masukan cairan :
-        Pembatasan cairan akan menentukan berat badan ideal, haluaran urine dan respons terhadap terapi. (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1452)
-        Sumber kelebihan cairan yang tidak diketahui dapat diidentifikasi. (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1452)
·         Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional pembatasan
Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1452)
·         Pantau kreatinin dan BUN serum
Perubahan ini menunjukkan kebutuhan dialisa segera. (Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, vol 1, Barbara Ensram, hal 156).

b.      Diagnosa II
Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet perubahan membran mukosa mulut.

Tujuan : Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat




Kriteria hasil :
·         Mempertahankan/meningkatkan berat badan seperti yang diindikasikan oleh situasi individu.
·         Bebas oedema

Intervensi
·         Kaji / catat pemasukan diet
Membantu dalam mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan diet. Kondisi fisik umum gejala uremik dan pembatasan diet multiple mempengaruhi pemasukan makanan. (Rencana Asuhan Keperawatan, Marylinn E. Doenges, hal 620)
·         Kaji pola diet nutrisi pasien
-        Riwayat diet
-        Makanan kesukaan
-        Hitung kalori. Pola diet dahulu dan sekarang dapat dipertimbangkan dalam menyusun menu. (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1452)
·         Kaji faktor yang berperan dalam merubah masukan nutrisi
-        Anoreksia, mual dan muntah
-        Diet yang tidak menyenangkan bagi pasien
-        Depresi
-        Kurang memahami pembatasan diet. Menyediakan informasi mengenai faktor lain yang dapat diubah atau dihilangkan untuk meningkatkan masukan diet.
·         Berikan makan sedikit tapi sering
Meminimalkan anoreksia dan mual sehubungan dengan status uremik/menurunnya peristaltik. (Rencana Asuhan Keperawatan, Marylinn E. Doenges, hal 620)
·         Berikan pasien / orang terdekat daftar makanan / cairan yang diizinkan dan dorong terlibat dalam pilihan menu.
Memberikan pasien tindakan kontrol dalam pembatasan diet. Makanan dan rumah dapat meningkatkan nafsu makan. (Rencana Asuhan Keperawatan, Marylinn E. Doenges, hal 620)
·         Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batas-batas diet
Mendorong peningkatan masukan diet
·         Tinggikan masukan protein yang mengandung nilai biologis tinggi : telur, susu, daging.
-        Protein lengkap diberikan untuk mencapai keseimbangan nitrogen yang diperlukan untuk pertumbuhan dan penyembuhan. (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1452)
-        Timbang berat badan harian.Untuk membantu status cairan dan nutrisi.

c.       Diagnosa III
Intoleran aktifitas berhubungan dengan kelelahan, anemia dan retensi produk sampah

Tujuan : Berpartisipasi dalam aktifitas yang dapat ditoleransi

Kriteria hasil :
·         Berkurangnya keluhan lelah
·         Peningkatan keterlibatan pada aktifitas social
·         Laporan perasaan lebih berenergi
·         Frekuensi pernapasan dan frekuensi jantung kembali dalam rentang normal setelah penghentian aktifitas.


Intervensi
·         Kaji faktor yang menimbulkan keletihan
-        Anemia
-        Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
-        Retensi produk sampah
-        Depresi. Menyediakan informasi tentang indikasi tingkat keletihan (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1454)
·         Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yang dapat ditoleransi, bantu jika keletihan terjadi.
Meningkatkan aktivitas ringan/sedang dan memperbaiki harga diri. (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1454)
·         Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat.
Mendorong latihan dan aktivitas dalam batas-batas yang dapat ditoleransi dan istirahat yang adekuat. (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1454)
·         Anjurkan untuk beristirahat setelah dialysis
Istirahat yang adekuat dianjurkan setelah dialisis, yang bagi banyak pasien sangat melelahkan. (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1454)
                                         
4.      Implementasi
Asuhan Keperawatan bagi klien dengan kegagalan ginjal kronis
a.        Membantu Meraih Tujuan Terapi
-        Mengusahakan agar orang tetap menekuni pantangan air yang sudah dipesankan.
-        Mengusahakan agar orang menekuni diet tinggi karbohidrat disertai pantangan sodium, potassium, phosphorus dan protein.
-        Menekuni makanan bahan yang mengikat fosfat.
-        Memberikan pelunak tinja bila klien mendapat aluminium antacid.
-        Memberikan suplemen vitamin dan mineral menurut yang dipesankan.
-        Melindungi pasien dari infeksi
-        Mengkaji lingkungan klien dan melindungi dari cedera dengan cara yang seksama.
-        Mencegah perdarahan saluran cerna yang lebih hebat dengan menggunakan sikat gigi yang berbulu halus dan pemberian antacid.
b.      Mengusahakan Kenyamanan
-        Mengusahakan mengurangi gatal, memberi obat anti pruritis menurut kebutuhan.
-        Mengusahakan hangat dan message otot yang kejang dari tangan dan kaki bawah.
-        Menyiapkan air matol buatan untuk iritasi okuler.
-        Mengusahakan istirahat bila kecapaian
-        Mengusahakan agar klien dapat tidur dengan cara yang bijaksana
-        Mengusahakan kebersihan oral beberapa kali sehari terutama sebelum makan.
c.       Konsultasi dan Penyuluhan
-        Menyiapkan orang yang bisa memberi kesempatan untuk membahas berbagai perasaan tentang kronisitas dari penyakit.
-        Mengusahakan konsultasi bila terjadi penolakan yang mengganggu terapi
-        Membesarkan harapan orang dengan memberikan bantuan bagaimana caranya mengelola cara hidup baru.
-        Memberi penyuluhan tentang sifat dari CRF, rasional terapi, aturan obat-obatan dan keperluan melanjutkan pengobatan. (Keperawatan Medikal Bedah, Barbara C. Long).
5.      Evaluasi
Pertanyaan-pertanyaan yang umum yang harus diajukan pada evaluasi orang dengan kegagalan ginjal kronis terdiri dari yang berikut.
a.       Apakah terdapat gejala-gejala bertambahnya retensi cairan?
b.      Apakah orang menekuni pesan diet dan cairan yang diperlukan?
c.       Apakah terdapat gejala-gejala terlalu kecapaian?
d.      Apakah orang tidur nyenyak pada malam hari?






















BAB III
TINJAUAN KASUS

KASUS
Tn. W.R berusia 73 tahun masuk kerumah sakit pada tanggal 7 mei 2010 dia mengatakan keluhan utamnya adalah lemas, kaki bengkak kanan dan kiri, udema (+),  setelah diperiksa  TTV: RR= 24x/menit, TD = 140/70mmHg BB= 55kg. Selain itu Tn. W.R lab Natrium  : 189 meq/L, Kalium : 7,05 meq/L serta pemeriksaan fungsi ginjal Urea UV : 287,6 mg/dl, Kreatinin : 6,26 mg/dl, Uric Acid : 9,03 mg/dl. Dia mengatakan juga terlihat kulit kaki mengkilat badannya juga terasa lesu dan tidak selera untuk makan, makanan sering tidak dihabiskan, sudah mengalami  5 tahun penyakit ginjal dan sudah 5x melakukan hemolisis ( cuci darah ).

A.      PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1.      Anamnesa
a.       Biodata
1)      Identitas Klien
-        Nama                                    : Tn. W.R       
-        Umur                                    : 73 tahun       
-        Jenis Kelamin                       : laki-laki
-        Alamat                                 : Walian Lingkungan I Tomohon Selatan
-        Agama                                  : Kristen Protestan
-        Suku/Bangsa                        : Minahasa/Indonesia
-        Status Pernikahan    : Menikah
-        Pekerjaan                  : Pensiunan
-        Pendidikan               : SMA
-        NO RM                    : 72897
-        Tanggal MRS                       : 5 Mei 2010  Pukul 14.30
-        Tanggal Pengkajian  : 7 Mei 2010  Pukul 16.00
-        Diagnosa Medis       : CKD 

2)      Penanggung Jawab       
-        Nama                                                : Ny. C.R
-        Umur                                                : 42 Tahun
-        Jenis Kelamin                                   : Perempuan
-        Pekerjaan                              : Pegawai Bank
-        Hubungan dengan klien       : Anak Klien
b.      Keluhan Utama                   
-   Badan terasa lemah      
c.         Riwayat kesehatan
1)      Riwayat penyakit sekarang
Klien diantar ke Rumah Sakit karena bengkak Pada kedua kaki yang sudah dialami klien 1 bulan sebelum masuk rumah sakit tetapi belum dibawah ke Rumah Sakit karena klien masih beraktivitas seperti biasa. Pada tanggal 5 Mei 2010 klien dibawah ke Rumah Sakit karena klien mengeluh kedua kakinya semakin bengkak dan sulit di gerakkan, Setelah diperiksa oleh Dokter klien dianjurkan untuk mendapat perawatan lebih lanjut.
Saat dikaji (Tanggal 7 Juni 2010, Jam 16.00) Klien mengeluh bengkak pada kedua kakinya, sehingga kedua kakinya sulit digerakkan. Klien mengatakan badan terasa lemah, batuk berlendir, sesak nafas, mual dan muntah,  nafsu makan berkurang, dan klien juga mengatakan gatal-gatal di kulit (Kaki dan tangan)
2)      Riwayat penyakit dahulu
Klien Sudah  4 tahun menderita penyakit Diabetes Melitus, Klien sering keluar masuk Rumah Sakit karena penyakit ini, klien sudah 4X masuk Rumah Sakit Kerena Penyakit Diabetes Melitus

3)      Riwayat penyakit keluarga
Dalam keluarga klien ada penyakit keturunan seperti Diabetess Melitus.
d.      Riwayat psikososial
Hubungan klien dengan keluarga terjalin baik. Klien selalu melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan. Klien kooperatif dalam perawatan, klien dan keluarga mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit yang sedang diderita klien sekarang, keluarga klien bertanya-tanya tentang penyakit yang sedang diderita klien sekarang.
e.       Riwayat Spiritual
Sebelum sakit klien aktif dalam kegiatan-kegiatan kerohanian di jemaatnya. Klien percaya bahwa penyakitnya ini hanyalah cobaan dari Tuhan dan klien juga percaya bahwa Tuhan akan senantiasa memberikan kesembuhan pada klien melalui pengobatan dan perawatan di Rumah sakit.
f.       Aktivitas Sehari-hari
1)      Nutrisi
a)      Sebelum Masuk rumah sakit
-        Nafsu Makan     : Kurang sejak 1 minggu sebelum masuk
  Rumah  Sakit
-        Frekuensi            : 3 x sehari
-        Jenis                   : Nasi, Ikan, Sayur, dan buahPorsi makan yang
                  dihabiskan ½ bagian           
b)      Saat Dikaji
-        Nafsu Makan     : Kurang
-        Frekuensi            : 3X sehari
-        Jenis                   : Bubur, Ikan, Sayur dan buah.
-        Porsi makan tidak dihabiskan, Hanya dimakan 2 Sendok makan, klien makan dibantu oleh perawat dan keluarga, klien mengatakan mual dan  1x mutah
2)      Cairan
a)      Sebelum masuk Rumah sakit
-        Jenis minuman          : Air Putih
-        Frekuensi                  : 7-8 Gelas / hari         
b)      Saat dikaji
-        Jenis Minuman   : Air Putih
-        Frekuensi            : Klien Minum1000cc air putih (4 gelas Besar)

3)      Pola Eliminasi
a)      Sebelum masuk Rumah sakit
-        BAB
ü  Frekuensi      : 1X/hari 600 cc
ü  Konsistensi   : Lembek, warna kuning
-        BAK
ü  Frekuensi      : 5-6X/hari
ü  Warna           : kuning jernih
b)      Saat dikaji
-        BAB      
ü  Klien belum BAB sejak masuk Rumah Sakit
-        BAK
ü  Frekuensi      : 1-2X/ hari Jumlah 600cc
ü  Warna          : Kuning kemerahan



4)      Pola Aktivitas
a)      Sebelum masuk Rumah sakit
         Klien beraktivitas seperti biasa, menonton TV, kadang-kadang klien jalan pagi
b)      Saat dikaji
Klien Bedrest, semua aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat.
5)      Personal Hygine
a)      Sebelum masuk rumah sakit
-        Mandi 1X/hari, Cuci rambut 1X/hari, Sikat Gigi 1X/hari
b)      Saat dikaji
-        Klien mandi lap di tempat tidur dilakukan oleh keluarga dan perawat
6)      Pola Istirahat dan tidur
a)      Sebelum masuk rumah sakit
-        Tidur malam 7-8 Jam, tidur siang 1 jam
b)      Saat Dikaji
-        Tidur Malam 8-9 jam, tidur siang 3-4 Jam
7)      Ketergantungan
-        Klien Tidak pernah mengkonsomsi alkohol
-        Klien Merokok, berhenti merokok ± 4 tahun yang lalu
-        Klien Sudah lama mengkonsumsi obat-obatan Hipertensi dan diabetes Melitus
2.      Pemeriksaan fisik
a.       Keadaan umum : Klien tampak sakit sedang
Kesadaran         : Compos Mentis
b.      TTV : Tekanan darah           : 140/70 mmHg,
   Nadi                         : 72x/mnt,                       
                        Respirasi                      : 24x/mnt,                      
   Suhu Tubuh              : 36,4ºC
                           BB                            : 55 kg
                           TB                            : 165 Cm
c.       Pemeriksaan head to toe
1)      Kepala
-        Inspeksi : Bentuk kepala bulat, penyebaran rambut merata, rambut
       beruban, tidak ada lesi di kulit kepala.
-        Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
2)      Wajah
-        Inspeksi : Tampak Edema 
3)      Mata
-        Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, sklera putih, konjugtiva anemis,
       pupil isokor, tidak ada  sekret, klien masih dapat melihat
       orang yang berada di dekatnya.
-        Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
4)      Hidung
-        Inspeksi : Tidak ada sekret, tidak ada polip, tidak ada pernapasan
                cuping hidung , terpasang Nasal Canula, O2 4 l/m
5)      Telinga
-        Inspeksi : Daun telinga simetris kiri dan kanan tidak ada serumen
       tidak ada gangguan pendengaran
6)      Mulut
-        Inspeksi : Bibir kering dan pecah-pecah, mukosa mulut kering, nafas
                berbau amoniak.
7)      Leher
-        Inspeksi : Tidak ada distensi vena jugularis
-        Palpasi  : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
8)      Dada
a)      Paru-paru
-        Inspeksi    : Bentuk dada normal, pergerakan dada simetris kiri
                   dan kanan
-        Auskultasi : Terdengar ronki paru-paru kiri dan kanan
-        Palpasi      : Tidak ada nyeri tekan
-        Perkusi     : Bunyi resonan
b)      Jantung
-        Palpasi       : Iktus kordis teraba di interkostal ke 5
-        Auskultasi : Bunyi jantung normal S1 dan S2
9)      Abdomen
-        Inspeksi     : Datar, tidak ada asites
-        Auskultasi  : Bunyi usus terdengar 1-3 x/menit
-        Perkusi      : Bunyi timpani
-        Palpasi      : Tidak ada nyeri tekan
10)  Ekstermitas atas
-        Inspeksi :  Terpasang IFVD di tangan kiri, keadaan kulit di sekitar
                 tempat pemasangan IVFD tidak terdapat tanda-tanda
                 peradangan, tidak bengkak, tidak merah, tidak panas.
11)  Ekstermitas bawah
-        Inspeksi : Tampak edema pada ekstermitas bawah (Dari paha sampai
               telapak kaki), ROM menurun di pagian lutut dan
                 pergelangan kaki, pergerakan ekstermitas bawah terbatas,
               kekuatan otot 2
-        Palpasi : Piting edema pada kedua ekstermitas bawah
12)  Genetalia
-        Inspeksi : Kebersihan terjaga tidak ada kelainan

13)  Anus
-        Inspeksi : Tidak ada hemoroid,
14)  Kulit
-        Inspeksi : Kering dan bersisik, pruritus, dan edema.
3.      Pemeriksaan Penunjang
Tgl 5 Mei 2010
a)       
Pemeriksaan Darah
Nilai Normal

GD : 515 mg/dl
Natrium  : 189 meq/L
Kalium : 7,05 meq/L
Klorida : 93,4 meq/L
Hb : 8,3 %       13-16 %
HT : 2%           124.000
Leukosit : 8300
110-140 mg/dl
135-148 meq/L
3,6-5,2 meq/L
94-111 meq/L


5000-10.000 mm3

b)       
Test Fungsi Ginjal
6 Mei 2010
Nilai Normal

Urea UV : 287,6 mg/dl
Kreatinin : 6,26 mg/dl
Uric Acid : 9,03 mg/dl
Total Protein : 5,5 mg.dl
Albumin : 3,2 mg/dl
Globulin : 2,4 mg/dl
10-50 mg/dl
0,5-1,1 mg/dl
3,5-7 mg/dl
6,7-8,7 mg/dl
3,8-4,4 mg/dl
2-3,9 mg/dl

7 mei 2010


GD : 339 mg/dl
Kolestrol : 155
Pemeriksaan Radiologi
Foto Thorax : Hasil Normal
110-140 mg/dl

4.      Therapi Medis
Tomar 3 X 1
Novorapid 8 Unit
Impugan 1-1-0
Lancid 0-0-1
Amoxiclave 3 X 500 mg
Inj Rantidin 3x1 Amp
             O2 4L/menit

ANALISA DATA
DATA
PENYEBAB
MASALAH
DS :
-        Keluarga klien mengatakan klien mengalami bengkak di kedua kaki sejak 1 bulan sebelum klien masuk Rumah Sakit
DO :

-        Jumlah urine yang keluar perharinya 600cc, warna kuning kemerahan
-        Edema pada kedua Ekstrimitas
-     Pitting edema pada ekstrimitas    bawah
-     Wajah tampak edema
-     Total protein : 5,5 mg/dl
-     Albumin       : 3,2 mg/dl  
Penurunan ginnjal persisten dan irefersibel

Penurunan GFR

Ginjal tidak mampu mengkonsentrasikan urine dengan normal
Gangguan absorbsi bikarbonat

Retensi cairan dan Na

Edema
Kelebihan volume cairan
DS :
-        Klien mengatakan badan terasa lemah
DO:
-        Klien Bedrest
-        Hb : 8,3 %
-  Semua aktivitas klien dibantu
-  Kekuatan otot di ekstrimitas bawah 2
-  Konjungtiva anemis
-     Keadaan umum tampak sakit sedang
-  ROM Menurun
-  Pergerakan Ekstrimitas bawah terbatas

Produksi eritropoitin tidak adekuat

Penurunan stimulasi sum-sum tulang memproduksi sel darah merah

Sel darah merah berkurang
 

Anemia

Konsentrasi Hb menurun

Konsentrasi O2 ke jaringan menurun

Kelemahan
Intoleransi Aktivitas
DS :
-        Klien mengeluh mual dan muntah
-        Klien mengeluh badan terasa lemah
DO :
-        Porsi makan tidak dihabiskan, porsi makan yan dihabiskan hanya 2 sendok makan
Peningkatan urea dan asam urat dalam darah

Mengiritasi mukosa

Ulserasi mukosa

Ulserasi mukosa
 

Merangsang hipotalamus

Mual,muntah, anoreksia
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
DS :
-        Klien mengatakan gatal
DO :
-        Kulit kering dan bersisik
-        Pruritus
-        Ureum       : 287,8 mg/dl
-        Creatinin       : 6,26 mg/dl
-        Uric Acid      : 9,03 mg/dl

Peningkatan urea dan asam urat dalam darah (BUN)
Penumpukan Kristal uremik dibawah kulit

Pruritus
Kerusakan integritas kulit
DS :
DO :
-  Terpasang IVFD di ekstrimitas atas sebelah kiri
-  Keadaan kulit di sekitar tempat pemasangan IVFD tidak terdapat tanda-tanda peradangan
Terpasang alat-alat invasive






Resiko tingi infeksi
DS :
-  Klien mengatakan sudah mengalami penyakit Diabetes Melitus sejak 4 tahun yang lalu
-  Klien mengatakan sudah 4X masuk rumah sakit dengan penyakit yang sama
-  Keluarga klien mengatakan tidak tahu mengenai penyakit yang dialami klien
DO :
-        Klien dan keluarga bertanya-tanya tentang penyakitnya
Kurang terpajan informasi











Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganannya

B.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Kelebihan volume cairan b/d retensi natrium dan cairan
2.      Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Mual, muntah dan anoreksia
4.      Kerusakan integritas kulit b/d penumpukan Kristal uremik di bawah kulit yang ditandai dengan
5.      Resiko infeksi b/d daya tahan tubuh