BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu
penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak
lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit
tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan
kalium di dalam darah atau produksi urin.
Penyakit gagal ginjal ini dapat
menyerang siapa saja yang menderita penyakit serius atau terluka dimana hal itu
berdampak langsung pada ginjal itu sendiri. Penyakit gagal ginjal lebih sering
dialami mereka yang berusia dewasa, terlebih pada kaum lanjut usia.
Gagal ginjal dibagi
menjadi dua bagian besar yakni gagal
ginjal akut (acute renal failure = ARF) dan gagal ginjal kronik (chronic renal failure = CRF). Pada gagal
ginjal akut terjadi penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba dalam waktu
beberapa hari atau beberapa minggu dan ditandai dengan hasil pemeriksaan fungsi
ginjal (ureum dan kreatinin darah) dan kadar urea nitrogen dalam darah yang
meningkat. Sedangkan pada gagal ginjal kronis, penurunan fungsi ginjal terjadi
secara perlahan-lahan. Sehingga biasanya diketahui setelah jatuh dalam kondisi
parah. Gagal ginjal kronik tidak dapat disembuhkan. Pada penderita
gagal ginjal kronik, kemungkinan terjadinya kematian sebesar 85 %.
B.
Tujuan
1.
Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
KMB II untuk mengeksplorasi secara lebih dalam tentang asuhan keperawatan pasien dengan gangguan system perkemihan
akibat penurunan fungsi .
2.
Tujuan Khusus
a.
Memahami
pengertian gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronis.
b.
Mengetahui
etiologi dari gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronis.
c.
Mengetahui
bagaimana patofisiologi dari gagal ginjal akut dan gagal ginjal
kronis.
d.
Mengetahui
tanda dan gejala pada gagal ginjal akut dan gagal ginjal
kronis.
e.
Mengetahui
komplikasi dari gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronis.
f.
Mengetahui
bagaimana pemeriksaan dan penatalaksanaan medis dalam menangani kasus gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronis.
g.
Memahami asuhan
keperawatan dengan diagnosa medis gagal ginjal kronis.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
KONSEP
DASAR MEDIS
GAGAL
GINJAL AKUT
1.
Pengertian
Gagal ginjal akut (Acute Renal
Failure, ARF) merupakan suatu syndrome klinis yang ditandai dengan fungsi
ginjal yang menurun secara cepat (biasanya dalam beberapa hari) yang
menyebabkan azotemia yang berkembang cepat. Laju filtrasi glomerulus yang
menurun dengan cepat menyebabkan kadar kreatinin serum meningkat sebanyak 0,5
mg/dl/hari dan kadar nitrogen urea darah sebanyak 10 mg/dl/hari dalam beberapa
hari.
2.
Etiologi
a. Fase Prarenal (Penurunan Perfusi Ginjal) :
1) Depresi
Volume Cairan Ekstrasel (ECF)
·
Perdarahan : Operasi besar ; Trauma
pasca partus
·
Diuresis berlebihan
·
Kehilangan cairan dari
gastrointestinal yang berat ; muntah diare
·
Kehilangan cairan dari ruang ketiga :
luka bakar; peritonitis, pankreatitis
2) Penurunan
Volume Sirkulasi Arteri Yang Efektif
·
Penurunan curah jantung : infark
miokardium; disritmia, gagal jantung kongestif dan emboli paru.
·
Vasodilatasi perifer anafilaksis :
sepsis; obat anestesi, antihipertensi.
·
Hipoalbuminemia : sindrom nefrotik,
gagal hati (sirosis)
3) Perubahan
Hemodinamik Ginjal Primer
·
Penghambat sintesis prostaglandin :
aspirin dan obat NSAID lain.
·
Vasodilatasi arteriol efferent :
penghambat enzim angiontensin misalnya kaptopril.
·
Obat vasokontriktor, misal : obat
alfa adrenergic (misal norepinefrin).
·
Sindrom hepatorenal
4) Obtruksi
Vaskuler Ginjal Bilateral
·
Stenosis arteri ginjal, emboli.
·
Trombosis vena renalis bilateral
b. Fase
Pascarenal (Obstruksi Saluran Kemih)
·
Obstruksi Uretra : katup uretra
·
Obstruksi Aliran Keluar Kandung
Kemih : Hipertrofi Prostat, karsinoma.
c. Fase Intrarenal
1) Nekrosis
tubular akut
·
Pasca iskemik. Syok, bedah jantung
terbuka, bedah aorta
·
Nefrotoksin eksogen misalnya
antibiotik : aminoglikosida, amfoterisin.
·
Nefrotoksin endogen : pigmen
intratubular : hemoglobin; mioglobin
2) Penyakit
vaskular atau glomerulus ginjal primer
·
Glomerulonefritis progresif cepat
atau pascastreptococcus akut.
·
Hipertensi maligna.
·
Serangan akut pada gagal kronis yang
terkait-pembatasan garam atau air
·
Nefritis tubulus intertisial akut
·
Alergi : beta-laktam (penisilin,
sefalosporin), sulfonamit.
·
Infeksi (misalnya pielonefritis
akut).
3.
Manifestasi
klinis
·
Perubahan haluaran urine
·
Peningkatan BUN dan kadar keratinin
·
Hiperkalemia
·
Asidosis Metabolik
·
Abnormalitas Ca++ dan PO4-
·
Anemia
·
Oliguria
4.
Patofisiologis
Nekrosis tubular akut (ATN) biasanya
digunakan baik untuk cedera ginjal iskemik maupun nefrotoksik, sekalipun tidak
mencerminkan sifat serta keparahan perubahan yang terjadi di tubulus. Dua jenis
lesi tubulus yang sering ditemukan pada ATN adalah : nekrosis epitel tubulus
yang meninggalkan membran basalis utuh, biasanya akibat menelan bahan kimia
nefrotoksik, dan nekrosis epitel tubulus dan membrane basalis yang sering
disertai dengan iskemia ginjal.
Gagal ginjal akut nefrotoksik
melalui penyuntikan merkuri klorid, uranil nitrat, atau komat, sedangkan
kerusakan iskemik ditimbulkan dengan menyuntikan gliserol atau menjepit arteri
renalis.
Beberapa teori telah diajukan untuk
menjelaskan penurunan aliran darah ginjal dan GFR baik pada percobaan dengan
manusia maupun hewan yaitu :
·
Obstruksi tubulus,
·
Kebocoran cairan tubulus,
·
Penurunan permeabilitas glomerulus,
·
Disfungsi vasomotor,
·
Umpan balik tubulus glomerulus.
ATN
mengakibatkan deskuamasi sel tubulus nekrotik dan bahan protein lainnya, yang
kemudian membentuk silinder-silinder dan menyumbat lumen tubulus. Pembengkakan
selular akibat iskemia awal, juga ikut menyokong terjadinya obstruksi dan
memperberat iskemia. Tekanan intra tubulus meningkat, sehingga tekanan filtrasi
glomerulus menurun. Obstruksi tubulus dapat merupakan faktor penting pada ARF
yang disebabkan oleh logam berat, etilen glikol, atau iskemia yang
berkepanjangan.
Meskipun
sindrom ATN menyatakan adanya abnormalitas tubulus-tubulus ginjal, bukti-bukti terakhir
menyatakan bahwa dalam keadaan-keadaan tertentu sel-sel endotel kapiler
glomerulus dan/atau sel-sel membrane basalis mengalami perubahan yang
mengakibatkan menurunnya permeabilitas luas permukaan filtrasi. Hal ini
mengakibatkan penurunan ultrafiltrasi glomerulus.
Aliran
darah ginjal total (RBF) dapat berkurang sampai 30% dari normal pada ARF
oliguria. Meskipun demikian terdapat perubahan yang bermakna pada distribusi
aliran darah intrarenal dari korteks ke medulla selama hipotensi akut dan
memanjang. Pada ARF, perbandingan antara distribusi korteks dan medulla ginjal
menjadi terbalik sehingga terjadi iskemia relatif pada korteks ginjal.
Kontriksi arterial afferent merupakan dasar vaskular dari penurunan nyata GFR.
Iskemia ginjal akan mengaktivasi system rennin-angiotensin dan memperberat
iskemia korteks setelah hilangnya rangsangan awal.
5.
Pemeriksaan
Penunjang
a. Urine
: Volume, Warna, Sedimen, Berat jenis, Kreatinin, Protein
b. Darah
: BUN/kreatinin, Hitung darah lengkap, Sel darah merah, Natrium serum, Kalium,
Magnesium fosfat, Protein, Osmolaritas serum.
c. KUB
Foto : Menunjukkan ukuran ginjal/ureter/kandung kemih dan adanya obstruksi.
d. Pielografi
retrograd : Menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter.
e. Arteriogram
ginjal : Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstraskular, massa.
f. Sistouretrogram
berkemih : Menunjukkan ukuran kandung kemih,refluks ureter,retensi.
g. Ultrasono
ginjal : Menunjukkan ukuran kandung kemih, dan adanya massa, kista, obstruksi
pada saluran perkemihan bagian atas.
h. EKG
: Mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa,
aritmia, hipertrofi ventrikel dan tanda-tanda perikarditis.
6.
Penatalaksaan
a. Dialisis
Dialisis
dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang serius,
seperti hiperkalemia, perikarditis dan kejang. Perikarditis memperbaiki
abnormalitas biokimia ; menyebabkan caiarn, protein dan natrium dapat
dikonsumsi secara bebas ; menghilangkan kecendurungan perdarahan dan membantu
penyembuhan luka.
b. Penanganan hiperkalemia
Keseimbangan
cairan dan elektrolit merupakan masalah utama pada gagal ginjal akut ;
hiperkalemia merupakan kondisi yang paling mengancam jiwa pada gangguan ini.
Oleh karena itu pasien dipantau akan adanya hiperkalemia melalui serangkaian
pemeriksaan kadar elektrolit serum ( nilai kalium > 5.5 mEq/L ; SI : 5.5
mmol/L), perubahan EKG (tinggi puncak gelombang T rendah atau sangat tinggi),
dan perubahan status klinis. Pningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan
pemberian ion pengganti resin (Natrium polistriren sulfonat [kayexalatel]),
secara oral atau melalui retensi enema.
c. Mempertahankan keseimbangan cairan
Penatalaksanaan
keseimbanagan cairan didasarkan pada berat badan harian, pengukuran tekanan
vena sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan yang hilang, tekanan darah dan
status klinis pasien. Masukkan dan haluaran oral dan parentral dari urine,
drainase lambung, feses, drainase luka dan perspirasi dihitung dan digunakan
sebagai dasar untuk terapi penggantia cairan.
7.
Pencegahan
a. Obstruksi dan infeksi saluran kemih dan
penyakit hipertensi sangat lumrah dan sering kali tidak menimbulkan gejala yang
membawa kerusakan dan kegagalan ginjal. Penurunan kejadian yang sangat mencolok
adalah berkat peningkatan perhatian terhadap peningkatan kesehatan. Pemeriksaan
tahunan termasuk tekanan darah dan pemeriksaan urinalisis.
b. Pemeriksaan kesehatan umum dapat
menurunkan jumlah individu yang menjadi insufisiensi sampai menjadi kegagalan
ginjal. Perawatan ditujukan kepada pengobatan masalah medis dengan sempurna dan
mengawasi status kesehatan orang pada waktu mengalami stress (infeksi,
kehamilan).
8.
Komplikasi
·
Ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit.
·
Dialisis ginjal.
·
Sepsis / septisemia.
·
Perdarahan gastrointestinal atas.
GAGAL GINJAL KRONIS
1.
Definisi
Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis yang
disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif
dan cukup lanjut, hal ini terjadi bila laju filtrasi glomerular kurang dari 50
mL/min. (Suyono, et al, 2001) Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi
renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga
terjadi uremia. (Smeltzer & Bare, 2001)
2.
Etiologi
Penyebab gagal ginjal kronik cukup
banyak tetapi untuk keperluan klinis dapat dibagi dalam 2 kelompok :
a. Penyakit
parenkim ginjal
Penyakit ginjal primer :
Glomerulonefritis, Mielonefritis, Ginjal polikistik, TBC ginjal. Penyakit
ginjal sekunder : Nefritis lupus, Nefropati, Amilordosis ginjal, Poliarteritis
nodasa, Sclerosis sistemik progresif, Gout, DM
b. Penyakit
ginjal obstruktif
Pembesaran prostat, Batu saluran kemih, Refluks ureter,
secara garis besar penyebab gagal ginjal dapat dikategorikan Infeksi yang
berulang dan nefron yang memburuk Obstruksi saluran kemih Destruksi pembuluh
darah akibat diabetes dan hipertensi yang lama dan trauma langsung pada ginjal.
3.
Manifestasi
Klinis
·
Haluaran urine sedikit, Mengandung
darah,
·
Peningkatan BUN dan kreatinin,
·
Anemia,
·
Hiperkalemia
·
Asidosis metabolic
·
Udema
·
Anoreksia, nause, vomitus
·
Turgor kulit jelek,gatal-gatal pada
kulit.
4.
Patofisiologi
Fungsi renal menurun, produk akhir
metabolisme protein tertimbun dalam darah, terjadi uremia dan mempengaruhi
setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan
semakin berat. Gangguan klirens renal banyak muncul pada gagal ginjal sebagai
akibat dari penurunan jumlah glomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan
penurunan klirens, penurunan laju filtrasi glomerulus (akibat tidak
berfungsinya glommeruli). Klirens kreatinin akan menurun.
Retensi cairan dan natrium ginjal
juga tidak mampu mengencerkan urine secara normal; respons ginjal yang sesuai
terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari-hari sudah tidak
terjadi. Pasien sering menahan natrium dan cairan, meningkatkan resiko
terjadinya edema, gagal jantung kongestif dan hipertensi. Hipertensi juga dapat
terjadi akibat aktivasi renin-angiontensin dan kerja sama keduanya meningkatkan
sekresi aldosteron. Episode muntah dan diare menyebabkan penipisan air dan
natrium, yang semakin memperburuk uremik.
5.
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Menentukan
derajat kegawatan CKD, menentukan gangguan sistem dan membantu menetapkan
etiologi.
b. Pemeriksaan USG
Untuk
mencari apakah ada batuan, atau massa tumor, juga untuk mengetahui beberapa
pembesaran ginjal.
c. Pemeriksaan EKG
Untuk
melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis,
aritmia dan gangguan elektrolit.
6.
Penatalaksanaan
a. Diet
Penyakit Ginjal Kronik (PGK)
dikelompokkan menurut stadium, yaitu stadium I, II, III, dan IV. Pada stasium
IV dimana terjadi penurunan fungsi ginjal yang berat tetapi belum menjalani
terapi pengganti dialysis biasa disebut kondisi pre dialisis. Umumnya pasien
diberikan terapi konservatif yang meliputi terapi diet dan medikamentosa dengan
tujuan mempertahankan sisa fungsi ginjal yang secara perlahan akan masuk ke
stadium V atau fase gagal ginjal. Status gizi kurang masih banyak dialami
pasien PGK. Penelitian keadaan gizi pasien PGK dengan Tes Kliren Kreatinin (TKK)
≤ 25 ml/mt yng diberikan terapi konservatif di Poliklinik Ginjal Hipertensi
RSCM, dijumpai 50 % dari 14 pasien dengan status gizi kurang.
b. Mempertahankan keseimbangan cairan
Penatalaksanaan
keseimbanagan cairan didasarkan pada berat badan harian, pengukuran tekanan
vena sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan yang hilang, tekanan darah dan
status klinis pasien. Masukkan dan haluaran oral dan parentral dari urine,
drainase lambung, feses, drainase luka dan perspirasi dihitung dan digunakan
sebagai dasar untuk terapi penggantia cairan.
7.
Pencegahan
Upaya pencegahan terhadap penyakit
gagal ginjal kronik dilakukan pada stadium dini penyakit gagal ginjal kronik.
Upaya pencegahan yang telah terbukti bermanfaat dalam mencegah penyakit gagal
ginjal dan kardiovaskular yaitu pengobatan hipertensi (semakin rendah tekanan
darah semakin semakin kecil resiko penurunan fungsi ginjal ) pengendalian gula
darah, lemak darah, anemia penghentian merokok, peningkatan aktivitas fisik dan
pengendalian berat badan (Roesly).
8.
Komplikasi
·
Hipertensi
·
Hiperkalemia
·
Perikarditis,
efusi pericardial dan tamponade jantung
·
Anemia
B.
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA GAGAL GINJAL KRONIS
1.
Pengkajian
a. Riwayat
Kesehatan Pasien dan Pengobatan sebelumnya
Berapa lama klien sakit, bagaimana
penanganannya, mendapat terapi apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur
atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
b. Aktifitas
/ istirahat :
·
Kelelahan ekstrem, kelemahan,
malaise
·
Gangguan tidur (insomnia / gelisah
atau somnolen)
·
Kelemahan otot, kehilangan tonus,
penurunan rentang gerak
c. Sirkulasi
·
Adanya riwayat hipertensi lama atau
berat, palpatasi, nyeri dada (angina) Hipertensi, DUJ, nadi kuat, edema
jaringan umum dan pitting pada kaki, telapak , tangan.
·
Nadi lemah, hipotensi ortostatikmenunjukkan
hipovolemia, yang jarang pada penyakit tahap akhir.
·
Pucat, kulit coklat kehijauan,
kuning.
·
Kecenderungan perdarahan
d. Integritas
Ego :
·
Faktor stress, perasaan tak berdaya,
tak ada harapan, tak ada kekuatan.
·
Menolak, ansietas, takut, marah,
mudah terangsang, perubahan kepribadian.
e. Eliminasi
:
·
Penurunan frekuensi urine, oliguria,
anuria (pada gagal ginjal tahap lanjut) Abdomen kembung, diare, atau konstipasi
·
Perubahan warna urine, contoh kuning
pekat, merah, coklat, oliguria.
f. Makanan
/ cairan :
·
Peningkatan berat badan cepat
(oedema), penurunan berat badan (malnutrisi).
·
Anoreksia, nyeri ulu hati,
mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut (pernapasan amonia) Penggunaan
diurotik Distensi abdomen/asites, pembesaran hati (tahap akhir) Perubahan turgor
kulit/kelembaban Ulserasi gusi, pendarahan gusi/lidah.
g. Neurosensori
·
Sakit kepala, penglihatan kabur
·
Kram otot / kejang, syndrome “kaki
gelisah”, rasa terbakar pada telapak kaki, kesemutan dan kelemahan, khususnya
ekstremiras bawah.
·
Gangguan status mental, contah
penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori,
kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor.
·
Kejang, fasikulasi otot, aktivitas
kejang.
·
Rambut tipis, kuku rapuh dan tipis
h. Nyeri
/ kenyamanan
·
Nyeri panggul, sakit kepala, kram
otot/ nyeri kaki
·
Perilaku berhati-hati / distraksi,
gelisah
i.
Pernapasan
·
Napas pendek, dispnea, batuk dengan
/ tanpa sputum kental dan banyak
·
Takipnea, dispnea, peningkatan
frekuensi / kedalaman.
·
Batuk dengan sputum encer (edema
paru)
j.
Keamanan
·
Kulit gatal
·
Ada / berulangnya infeksi
·
Pruritis
·
Demam (sepsis, dehidrasi),
normotermia dapat secara aktual terjadi peningkatan pada pasien yang mengalami
suhu tubuh lebih rendah dari normal
·
Ptekie, area ekimosis pada kulit
·
Fraktur tulang, keterbatasan gerak
sendi
k. Seksualitas
·
Penurunan libido, amenorea,
infertilitas
l.
Interaksi sosial
Kesulitan menentukan kondisi, contoh
tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.
m. Penyuluhan
/ Pembelajaran
·
Riwayat DM (resiko tinggi untuk
gagal ginjal), penyakit polikistik, nefritis heredeter, kalkulus urenaria,
maliganansi.
·
Riwayat terpejan pada toksin, contoh
obat, racun lingkungan.
·
Penggunaan antibiotic nefrotoksik
saat ini / berulang.
ANALISA DATA
No.
|
Data
|
Etiologi
|
Masalah Keperawatan
|
||||||||||||
1.
|
DS
:
-
Pasien meyaatakan kesulutan
bernafas
-
Pasien menyatakan kembung didaerah
abdomen
DO
:
-
Edema
-
Tekanan darah tinggi
-
Perubahan turgor kulit
-
Distensi abdomen/asites
|
Glomerulopi, obstruksi dan infeksi, kista gunjal
Kehilangan fungsi ginjal
Disfungsi glomelurus
GFR menurun
Sekresi rennin
Angiotensin I mnjadi Angiotensin II
Korteks adrenal
Sekresi aldosteron
Retensi air dan natrium
Peningkatan ECF
Peningkatan tekanan hidrostatik
Edema
|
Kelebihan
Volume cairan
|
||||||||||||
|
DS
:
-
Mual
-
Tidak ada nafsu makan
-
Pasien menyatakan nyeri ulu hati
|
Penurunan GFR
Sekresi
urine menurun
Peningkatan
kadar BUN, Kreatinin, ureum dan ammonia
Azotemia
Ransangan
nervus vagus
Hipotalamus
Mual,
muntah
Anoreksia
Nutrisi
inadekuat
|
Peubahan
status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
||||||||||||
|
DS
:
-
Klien menyatakan lemah, tidak ada
gairah
DO:
-
Klien nampak lemah
-
Ketidak mampuan melakukan sesuatu
-
Penurunan tonus oto
-
Penurunan lemak subkutan
|
Kehilangan
fungsi ginjal
Produksi
eritropoetin berkurang
Stimulasi
eritrosit sum-sum tulang berkurang
Anemia
Suplai
oksigen dan nutrisi ke sel jaringan berkurang
Peningkatan
pembentukan ATP
Elemahan
otot dan tungkai
|
Intoleransi
aktivitas
|
2.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan ditegakkan atas
dasar data dari pasien. Kemungkinan diagnosa keperawatan dari orang dengan
kegagalan ginjal kronis adalah sebagai berikut :
a. Kelebihan
volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine, diet berlebih
dan retensi cairan serta natrium.
b. Perubahan
nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan
muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane mukosa mulut.
c. Intoleran
aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi, produk sampah.
3.
Rencana Intervensi
a.
Diagnosa I
Kelebihan
volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine, diet berlebihan dan
retensi cairan serta natrium.
Tujuan : mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan
cairan.
Kriteria hasil :
·
Menunjukkan pemasukan dan
pengeluaran mendekati seimbang
·
Turgor kulit baik
·
Membran mukosa lembab
·
Berat badan dan tanda vital stabil
·
Elektrolit dalam batas normal
Intervensi
·
Kaji status cairan :
-
Timbang berat badan harian
-
Keseimbangan masukan dan haluaran
-
Turgor kulit dan adanya oedema
-
Distensi vena leher
-
Tekanan darah, denyut dan irama nadi
Pengkajian merupakan dasar dan data
dasar berkelanjutan untuk memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi.
(Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1452)
·
Batasi masukan cairan :
-
Pembatasan cairan akan menentukan
berat badan ideal, haluaran urine dan respons terhadap terapi. (Keperawatan
Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1452)
-
Sumber kelebihan cairan yang tidak
diketahui dapat diidentifikasi. (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2,
Brunner & Suddart, hal 1452)
·
Jelaskan pada pasien dan keluarga
rasional pembatasan
Pemahaman meningkatkan kerjasama
pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8
vol 2, Brunner & Suddart, hal 1452)
·
Pantau kreatinin dan BUN serum
Perubahan ini menunjukkan kebutuhan
dialisa segera. (Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, vol 1, Barbara
Ensram, hal 156).
b.
Diagnosa II
Perubahan nutrisi : Kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet
perubahan membran mukosa mulut.
Tujuan
: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat
Kriteria
hasil :
·
Mempertahankan/meningkatkan berat
badan seperti yang diindikasikan oleh situasi individu.
·
Bebas oedema
Intervensi
·
Kaji / catat pemasukan diet
Membantu dalam mengidentifikasi
defisiensi dan kebutuhan diet. Kondisi fisik umum gejala uremik dan pembatasan
diet multiple mempengaruhi pemasukan makanan. (Rencana Asuhan Keperawatan,
Marylinn E. Doenges, hal 620)
·
Kaji pola diet nutrisi pasien
-
Riwayat diet
-
Makanan kesukaan
-
Hitung kalori. Pola diet dahulu dan
sekarang dapat dipertimbangkan dalam menyusun menu. (Keperawatan Medikal Bedah
edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1452)
·
Kaji faktor yang berperan dalam
merubah masukan nutrisi
-
Anoreksia, mual dan muntah
-
Diet yang tidak menyenangkan bagi
pasien
-
Depresi
-
Kurang memahami pembatasan diet. Menyediakan
informasi mengenai faktor lain yang dapat diubah atau dihilangkan untuk
meningkatkan masukan diet.
·
Berikan makan sedikit tapi sering
Meminimalkan anoreksia dan mual
sehubungan dengan status uremik/menurunnya peristaltik. (Rencana Asuhan
Keperawatan, Marylinn E. Doenges, hal 620)
·
Berikan pasien / orang terdekat
daftar makanan / cairan yang diizinkan dan dorong terlibat dalam pilihan menu.
Memberikan pasien tindakan kontrol
dalam pembatasan diet. Makanan dan rumah dapat meningkatkan nafsu makan.
(Rencana Asuhan Keperawatan, Marylinn E. Doenges, hal 620)
·
Menyediakan makanan kesukaan pasien
dalam batas-batas diet
Mendorong peningkatan masukan diet
·
Tinggikan masukan protein yang
mengandung nilai biologis tinggi : telur, susu, daging.
-
Protein lengkap diberikan untuk
mencapai keseimbangan nitrogen yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
penyembuhan. (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart,
hal 1452)
-
Timbang berat
badan harian.Untuk membantu status cairan dan nutrisi.
c.
Diagnosa III
Intoleran aktifitas berhubungan
dengan kelelahan, anemia dan retensi produk sampah
Tujuan
: Berpartisipasi dalam aktifitas yang dapat ditoleransi
Kriteria
hasil :
·
Berkurangnya keluhan lelah
·
Peningkatan keterlibatan pada aktifitas
social
·
Laporan perasaan lebih berenergi
·
Frekuensi pernapasan dan frekuensi
jantung kembali dalam rentang normal setelah penghentian aktifitas.
Intervensi
·
Kaji faktor yang menimbulkan
keletihan
-
Anemia
-
Ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit
-
Retensi produk sampah
-
Depresi. Menyediakan informasi
tentang indikasi tingkat keletihan (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2,
Brunner & Suddart, hal 1454)
·
Tingkatkan kemandirian dalam
aktivitas perawatan diri yang dapat ditoleransi, bantu jika keletihan terjadi.
Meningkatkan aktivitas ringan/sedang
dan memperbaiki harga diri. (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner
& Suddart, hal 1454)
·
Anjurkan aktivitas alternatif sambil
istirahat.
Mendorong latihan dan aktivitas
dalam batas-batas yang dapat ditoleransi dan istirahat yang adekuat.
(Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1454)
·
Anjurkan untuk beristirahat setelah dialysis
Istirahat yang adekuat dianjurkan
setelah dialisis, yang bagi banyak pasien sangat melelahkan. (Keperawatan
Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1454)
4.
Implementasi
Asuhan Keperawatan bagi klien dengan
kegagalan ginjal kronis
a. Membantu Meraih Tujuan Terapi
-
Mengusahakan agar orang tetap
menekuni pantangan air yang sudah dipesankan.
-
Mengusahakan agar orang menekuni
diet tinggi karbohidrat disertai pantangan sodium, potassium, phosphorus dan
protein.
-
Menekuni makanan bahan yang mengikat
fosfat.
-
Memberikan pelunak tinja bila klien
mendapat aluminium antacid.
-
Memberikan suplemen vitamin dan mineral
menurut yang dipesankan.
-
Melindungi pasien dari infeksi
-
Mengkaji lingkungan klien dan
melindungi dari cedera dengan cara yang seksama.
-
Mencegah perdarahan saluran cerna
yang lebih hebat dengan menggunakan sikat gigi yang berbulu halus dan pemberian
antacid.
b. Mengusahakan
Kenyamanan
-
Mengusahakan mengurangi gatal,
memberi obat anti pruritis menurut kebutuhan.
-
Mengusahakan hangat dan message otot
yang kejang dari tangan dan kaki bawah.
-
Menyiapkan air matol buatan untuk
iritasi okuler.
-
Mengusahakan istirahat bila
kecapaian
-
Mengusahakan agar klien dapat tidur
dengan cara yang bijaksana
-
Mengusahakan kebersihan oral
beberapa kali sehari terutama sebelum makan.
c. Konsultasi
dan Penyuluhan
-
Menyiapkan orang yang bisa memberi
kesempatan untuk membahas berbagai perasaan tentang kronisitas dari penyakit.
-
Mengusahakan konsultasi bila terjadi
penolakan yang mengganggu terapi
-
Membesarkan harapan orang dengan
memberikan bantuan bagaimana caranya mengelola cara hidup baru.
-
Memberi penyuluhan tentang sifat
dari CRF, rasional terapi, aturan obat-obatan dan keperluan melanjutkan
pengobatan. (Keperawatan Medikal Bedah, Barbara C. Long).
5.
Evaluasi
Pertanyaan-pertanyaan yang umum yang
harus diajukan pada evaluasi orang dengan kegagalan ginjal kronis terdiri dari
yang berikut.
a. Apakah
terdapat gejala-gejala bertambahnya retensi cairan?
b. Apakah
orang menekuni pesan diet dan cairan yang diperlukan?
c. Apakah
terdapat gejala-gejala terlalu kecapaian?
d. Apakah
orang tidur nyenyak pada malam hari?
BAB III
TINJAUAN KASUS
KASUS
Tn. W.R berusia 73 tahun masuk kerumah sakit pada tanggal
7 mei 2010 dia mengatakan keluhan utamnya adalah lemas, kaki bengkak kanan dan
kiri, udema (+), setelah diperiksa TTV: RR= 24x/menit, TD = 140/70mmHg BB= 55kg.
Selain itu Tn. W.R lab Natrium : 189
meq/L, Kalium : 7,05 meq/L serta pemeriksaan fungsi ginjal Urea UV : 287,6
mg/dl, Kreatinin : 6,26 mg/dl, Uric Acid : 9,03 mg/dl. Dia mengatakan juga terlihat
kulit kaki mengkilat badannya juga terasa lesu dan tidak selera untuk makan,
makanan sering tidak dihabiskan, sudah mengalami 5 tahun penyakit ginjal dan sudah 5x melakukan
hemolisis ( cuci darah ).
A.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Anamnesa
a. Biodata
1) Identitas Klien
-
Nama : Tn. W.R
-
Umur : 73 tahun
-
Jenis Kelamin :
laki-laki
-
Alamat : Walian Lingkungan I Tomohon
Selatan
-
Agama : Kristen Protestan
-
Suku/Bangsa :
Minahasa/Indonesia
-
Status
Pernikahan : Menikah
-
Pekerjaan :
Pensiunan
-
Pendidikan :
SMA
-
NO RM : 72897
-
Tanggal MRS : 5 Mei
2010 Pukul 14.30
-
Tanggal Pengkajian : 7 Mei 2010
Pukul 16.00
-
Diagnosa Medis : CKD
2) Penanggung Jawab
-
Nama : Ny. C.R
-
Umur : 42 Tahun
-
Jenis Kelamin : Perempuan
-
Pekerjaan :
Pegawai Bank
-
Hubungan dengan
klien : Anak Klien
b. Keluhan Utama
-
Badan terasa
lemah
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat penyakit sekarang
Klien diantar
ke Rumah Sakit karena bengkak Pada kedua kaki yang sudah dialami klien 1 bulan
sebelum masuk rumah sakit tetapi belum dibawah ke Rumah Sakit karena klien
masih beraktivitas seperti biasa. Pada tanggal 5 Mei 2010 klien dibawah ke
Rumah Sakit karena klien mengeluh kedua kakinya semakin bengkak dan sulit di
gerakkan, Setelah diperiksa oleh Dokter klien dianjurkan untuk mendapat
perawatan lebih lanjut.
Saat dikaji
(Tanggal 7 Juni 2010, Jam 16.00) Klien mengeluh bengkak pada kedua kakinya,
sehingga kedua kakinya sulit digerakkan. Klien mengatakan badan terasa lemah,
batuk berlendir, sesak nafas, mual dan muntah,
nafsu makan berkurang, dan klien juga mengatakan gatal-gatal di kulit
(Kaki dan tangan)
2) Riwayat penyakit dahulu
Klien
Sudah 4 tahun menderita penyakit
Diabetes Melitus, Klien sering keluar masuk Rumah Sakit karena penyakit ini,
klien sudah 4X masuk Rumah Sakit Kerena Penyakit Diabetes Melitus
3) Riwayat penyakit keluarga
Dalam keluarga
klien ada penyakit keturunan seperti Diabetess Melitus.
d. Riwayat psikososial
Hubungan klien
dengan keluarga terjalin baik. Klien selalu melibatkan diri dalam
kegiatan-kegiatan kemasyarakatan. Klien kooperatif dalam perawatan, klien dan
keluarga mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit yang sedang diderita
klien sekarang, keluarga klien bertanya-tanya tentang penyakit yang sedang
diderita klien sekarang.
e. Riwayat Spiritual
Sebelum sakit
klien aktif dalam kegiatan-kegiatan kerohanian di jemaatnya. Klien percaya
bahwa penyakitnya ini hanyalah cobaan dari Tuhan dan klien juga percaya bahwa
Tuhan akan senantiasa memberikan kesembuhan pada klien melalui pengobatan dan
perawatan di Rumah sakit.
f. Aktivitas Sehari-hari
1) Nutrisi
a) Sebelum Masuk rumah sakit
-
Nafsu Makan : Kurang sejak 1 minggu sebelum masuk
Rumah
Sakit
-
Frekuensi : 3 x sehari
-
Jenis :
Nasi, Ikan, Sayur, dan buahPorsi makan yang
dihabiskan ½ bagian
b) Saat Dikaji
-
Nafsu Makan : Kurang
-
Frekuensi : 3X sehari
-
Jenis :
Bubur, Ikan, Sayur dan buah.
-
Porsi makan
tidak dihabiskan, Hanya dimakan 2 Sendok makan, klien makan dibantu oleh
perawat dan keluarga, klien mengatakan mual dan
1x mutah
2) Cairan
a) Sebelum masuk Rumah sakit
-
Jenis minuman : Air Putih
-
Frekuensi :
7-8 Gelas / hari
b) Saat dikaji
-
Jenis Minuman : Air Putih
-
Frekuensi : Klien Minum1000cc air putih (4
gelas Besar)
3) Pola Eliminasi
a) Sebelum masuk Rumah sakit
-
BAB
ü Frekuensi :
1X/hari 600 cc
ü Konsistensi :
Lembek, warna kuning
-
BAK
ü Frekuensi :
5-6X/hari
ü Warna :
kuning jernih
b) Saat dikaji
-
BAB
ü Klien belum BAB sejak masuk Rumah Sakit
-
BAK
ü Frekuensi :
1-2X/ hari Jumlah 600cc
ü Warna : Kuning kemerahan
4) Pola Aktivitas
a) Sebelum masuk Rumah sakit
Klien
beraktivitas seperti biasa, menonton TV, kadang-kadang klien jalan pagi
b) Saat dikaji
Klien Bedrest,
semua aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat.
5) Personal Hygine
a) Sebelum masuk rumah sakit
-
Mandi 1X/hari,
Cuci rambut 1X/hari, Sikat Gigi 1X/hari
b) Saat dikaji
-
Klien mandi lap
di tempat tidur dilakukan oleh keluarga dan perawat
6) Pola Istirahat dan tidur
a) Sebelum masuk rumah sakit
-
Tidur malam 7-8
Jam, tidur siang 1 jam
b) Saat Dikaji
-
Tidur Malam 8-9
jam, tidur siang 3-4 Jam
7) Ketergantungan
-
Klien Tidak
pernah mengkonsomsi alkohol
-
Klien Merokok,
berhenti merokok ± 4 tahun yang
lalu
-
Klien Sudah
lama mengkonsumsi obat-obatan Hipertensi dan diabetes Melitus
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Klien tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
b. TTV
: Tekanan darah : 140/70 mmHg,
Nadi : 72x/mnt,
Respirasi : 24x/mnt,
Suhu Tubuh : 36,4ºC
BB : 55 kg
TB : 165 Cm
c. Pemeriksaan head to toe
1) Kepala
-
Inspeksi : Bentuk
kepala bulat, penyebaran rambut merata, rambut
beruban,
tidak ada lesi di kulit kepala.
-
Palpasi : Tidak
ada nyeri tekan, tidak ada massa
2) Wajah
-
Inspeksi : Tampak
Edema
3) Mata
-
Inspeksi :
Simetris kiri dan kanan, sklera putih, konjugtiva anemis,
pupil isokor, tidak ada sekret, klien masih dapat melihat
orang yang
berada di dekatnya.
-
Palpasi : Tidak
ada nyeri tekan
4) Hidung
-
Inspeksi :
Tidak ada sekret, tidak ada polip, tidak ada pernapasan
cuping hidung , terpasang Nasal Canula,
O2 4 l/m
5) Telinga
-
Inspeksi : Daun
telinga simetris kiri dan kanan tidak ada serumen
tidak ada gangguan pendengaran
6) Mulut
-
Inspeksi :
Bibir kering dan pecah-pecah, mukosa mulut kering, nafas
berbau amoniak.
7) Leher
-
Inspeksi :
Tidak ada distensi vena jugularis
-
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
8) Dada
a) Paru-paru
-
Inspeksi : Bentuk dada normal, pergerakan dada
simetris kiri
dan kanan
-
Auskultasi :
Terdengar ronki paru-paru kiri dan kanan
-
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
-
Perkusi : Bunyi resonan
b) Jantung
-
Palpasi : Iktus kordis teraba di interkostal ke
5
-
Auskultasi :
Bunyi jantung normal S1 dan S2
9) Abdomen
-
Inspeksi : Datar, tidak ada asites
-
Auskultasi : Bunyi usus terdengar 1-3 x/menit
-
Perkusi : Bunyi timpani
-
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
10) Ekstermitas atas
-
Inspeksi : Terpasang IFVD di tangan kiri, keadaan kulit
di sekitar
tempat pemasangan IVFD tidak terdapat tanda-tanda
peradangan, tidak bengkak, tidak merah, tidak panas.
11) Ekstermitas bawah
-
Inspeksi :
Tampak edema pada ekstermitas bawah (Dari paha sampai
telapak kaki), ROM menurun di
pagian lutut dan
pergelangan kaki, pergerakan
ekstermitas bawah terbatas,
kekuatan otot 2
-
Palpasi :
Piting edema pada kedua ekstermitas bawah
12) Genetalia
-
Inspeksi :
Kebersihan terjaga tidak ada kelainan
13)
Anus
-
Inspeksi :
Tidak ada hemoroid,
14) Kulit
-
Inspeksi :
Kering dan bersisik, pruritus, dan edema.
3. Pemeriksaan Penunjang
Tgl 5 Mei 2010
a)
|
Pemeriksaan Darah
|
Nilai Normal
|
|
GD : 515
mg/dl
Natrium : 189 meq/L
Kalium : 7,05
meq/L
Klorida :
93,4 meq/L
Hb : 8,3 % 13-16 %
HT : 2% 124.000
Leukosit : 8300
|
110-140 mg/dl
135-148 meq/L
3,6-5,2 meq/L
94-111 meq/L
5000-10.000
mm3
|
b)
|
Test Fungsi
Ginjal
6 Mei 2010
|
Nilai Normal
|
|
Urea UV :
287,6 mg/dl
Kreatinin :
6,26 mg/dl
Uric Acid :
9,03 mg/dl
Total Protein
: 5,5 mg.dl
Albumin : 3,2
mg/dl
Globulin :
2,4 mg/dl
|
10-50 mg/dl
0,5-1,1 mg/dl
3,5-7 mg/dl
6,7-8,7 mg/dl
3,8-4,4 mg/dl
2-3,9 mg/dl
|
|
7 mei 2010
|
|
|
GD : 339
mg/dl
Kolestrol :
155
Pemeriksaan
Radiologi
Foto Thorax :
Hasil Normal
|
110-140 mg/dl
|
4. Therapi Medis
Tomar 3 X 1
Novorapid 8 Unit
Impugan 1-1-0
|
Lancid 0-0-1
Amoxiclave 3 X 500 mg
Inj Rantidin 3x1 Amp
|
O2
4L/menit
ANALISA DATA
DATA
|
PENYEBAB
|
MASALAH
|
|||
DS :
-
Keluarga klien mengatakan klien
mengalami bengkak di kedua kaki sejak 1 bulan sebelum klien masuk Rumah Sakit
DO :
-
Jumlah urine yang keluar
perharinya 600cc, warna kuning kemerahan
-
Edema pada kedua Ekstrimitas
-
Pitting edema pada
ekstrimitas bawah
- Wajah
tampak edema
- Total
protein : 5,5 mg/dl
- Albumin : 3,2 mg/dl
|
Penurunan ginnjal persisten dan irefersibel
Penurunan GFR
Ginjal tidak mampu mengkonsentrasikan
urine dengan normal
Gangguan absorbsi bikarbonat
Retensi cairan dan Na
Edema
|
Kelebihan volume cairan
|
|||
DS :
-
Klien mengatakan badan terasa
lemah
DO:
-
Klien Bedrest
-
Hb : 8,3 %
- Semua
aktivitas klien dibantu
- Kekuatan
otot di ekstrimitas bawah 2
- Konjungtiva
anemis
- Keadaan
umum tampak sakit sedang
- ROM
Menurun
- Pergerakan
Ekstrimitas bawah terbatas
|
Produksi eritropoitin tidak adekuat
Penurunan stimulasi sum-sum tulang memproduksi sel darah
merah
Sel darah merah berkurang
Anemia
Konsentrasi Hb menurun
Konsentrasi O2 ke jaringan menurun
Kelemahan
|
Intoleransi Aktivitas
|
|||
DS :
-
Klien mengeluh mual dan muntah
-
Klien mengeluh badan terasa lemah
DO :
-
Porsi makan tidak dihabiskan,
porsi makan yan dihabiskan hanya 2 sendok makan
|
Peningkatan urea dan asam urat dalam darah
Mengiritasi mukosa
Ulserasi mukosa
Ulserasi mukosa
Merangsang hipotalamus
Mual,muntah, anoreksia
|
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
|||
DS :
-
Klien mengatakan gatal
DO :
-
Kulit kering dan bersisik
-
Pruritus
-
Ureum : 287,8 mg/dl
-
Creatinin : 6,26 mg/dl
-
Uric Acid : 9,03 mg/dl
|
Peningkatan urea dan asam urat
dalam darah (BUN)
Penumpukan Kristal uremik dibawah kulit
Pruritus
|
Kerusakan integritas kulit
|
|||
DS :
DO :
- Terpasang
IVFD di ekstrimitas atas sebelah kiri
- Keadaan
kulit di sekitar tempat pemasangan IVFD tidak terdapat tanda-tanda peradangan
|
Terpasang alat-alat invasive
|
Resiko tingi infeksi
|
|||
DS :
- Klien
mengatakan sudah mengalami penyakit Diabetes Melitus sejak 4 tahun yang lalu
- Klien
mengatakan sudah 4X masuk rumah sakit dengan penyakit yang sama
- Keluarga
klien mengatakan tidak tahu mengenai penyakit yang dialami klien
DO :
-
Klien dan keluarga bertanya-tanya
tentang penyakitnya
|
Kurang terpajan informasi
|
Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganannya
|
B.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Kelebihan
volume cairan b/d retensi natrium dan cairan
2. Intoleransi
aktivitas b/d kelemahan
3. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Mual, muntah dan anoreksia
4. Kerusakan
integritas kulit b/d penumpukan Kristal uremik di bawah kulit yang ditandai
dengan
5. Resiko
infeksi b/d daya tahan tubuh